Pemerintah dan masyarakat di Indonesia diminta tak cemas dengan adanya subvarian Omicron terbaru, BA.4.6, yang diduga lebih cepat menular lagi.

Subvarian itu karena mutasi virus corona yang diyakini akan terus terjadi dari waktu ke waktu.

Meski begitu, setiap perkembangan itu diharap tak dipandang remeh.

“Perlu dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di Indonesia, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini,” kata Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama.

Dalam keterangan tertulis, Rabu 10 Agustus 2022, Yoga membagikan keterangan tentang subvarian Omicron BA.4.6 yang hingga kini sudah terdeteksi penyebarannya di 43 negara.

Termasuk di Amerika Serikat yang berdasarkan laporan CDC setempat telah menyumbang 4,1 persen kasus baru Covid-19 di negara itu per penelusuran 30 Juli lalu.

Di Asia Tenggara, negara yang telah melaporkan mendeteksinya adalah Thailand.

Secara keseluruhan di dunia, Yoga menambahkan, “Sudah ada setidaknya 5.681 sampel BA.4.6 dalam tiga bulan terakhir, dan juga sudah dimasukkan dalam database Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID).” Menurut Yoga, Pusat Genomik Medis Rumah Sakit Ramathibodi Thailand melaporkan BA.4.6 di negara tersebut 15 persen lebih mudah menular daripada Omicron BA.5 di dunia secara umum, dan 28 persen dibandingkan BA.5 di Asia.

Sedangkan perbandingannya terhadap Omicron BA.2.75 di dunia dan di Asia, kemampuan menularnya juga lebih tinggi masing-masing 12 dan 53 persen.

Subvarian Omicon BA.4.6, Yaga menerangkan, memiliki kemiripan secara genomik dengan BA.4.

Perbedaannya adalah pada mutasi spike atau protein paku R346T.

“Secara umum belum ada bukti bahwa BA.4.6 akan menimbulkan penyakit lebih berat, atau apakah dapat menghindar dari imunitas, atau apakah resisten terhadap vaksin,” kata Guru Besar Paru di UI merangkap Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu.

Terpisah, juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan hingga saat ini Subvarian Omicron BA.4.6 belum terdeteksi di Indonesia.

Dia masih menyebut subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sebagai pemicu kenaikan kasus Covid-19 belakangan ini, “serta Omicron BA.2.75.”